Sore ini aku masih mendapati
diriku bermalas – malasan dikasur, berniat pergi ke bara untuk mengambil
laundry, namun tiba – tiba hujan turun dengan derasnya. Sedikit kesal dengan
hujan ini namun sebagai penikmat hujan sejati, aku manabisa mengabaikan hujan
sore ini. Kembali tercium petrichor yang tercium hingga kamarku di lantai 2
ini.
Petrichor, petra dan ichor, yang kerap kali juga disebut dengan “dust
after rain” membuat hati ini tenang, seperti yang telah banyak dipublikasikan
bahwa memang aroma yang tercipta setelah hujan adalah aroma rileksasi yang
menenangkan hati.
Tentang hujan.. entah kenapa
hujan menjadi salah satu momen yang selalu ditunggu, gemericik air yang turun
membasahi genting, tetesan air yang turun dari langit seperti menandakan bahwa
langit sedang menangis, entah menangis sedih atau bahagia. Bagiku hujan sendiri
lebih dari sekedar pendingin suaasana, namun sebagai momen dimana aku bisa
merasakan senang yang luar biasa. Biasanya ketika di Balikpapan, aku selalu
menyempatkan diri untuk dibasahi hujan, menghangatkan diri dengan menyantap
pisang goreng panas dan juga teh hangat, aku selalu dibuai dengan pesona hujan.
Hujan tau kapan ia harus
membasahi tanah ini dan tahu kapan harus berhenti, biarlah ia sejenak membasahi
tanah ini dan membangkitkan gairah hidup yang tinggal di tanah. Hujan yang
katanya mampu membawa manusia kembali teringat akan masa lalunya pun ku anggap
bukan isapan jempol belaka, ketika hujan ingatan ini langsung membawa diriku
ketika aku masih kecil, ketika aku bermain bola dibawah hujan yang deras
bersama kawan – kawanku, ketika aku duduk di kedai coto makasar dan menunggu
hujan reda, atau ketika aku mengamati si dia dalam diam.
Hujan.. dalam hujan pun
dikatakan bahwa doa lebih diijabah oleh Yang Maha Kuasa, maka dari itu biarkan
aku berdoa sejenak dalam hujan, menyebut namamu, karena dalam doalah aku bisa
lebih dekat denganmu tanpa harus jauh dari yang menciptakan aku